BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sunday, February 24, 2013

Bidadari

Ia seorang bidadari,
bidadari yang begitu jelita.

Ia seorang bidadari,
bidadari yang bersayap dan begitu cantik bercahaya.
Ia seorang bidadari,
bidadari yang hanya akan hadir untuk pangeran tidurnya.
Ia seorang bidadari,
bidadari yang diperebutkan namun tetap setia.

Setiap pagi, bidadari itu menyapa dengan hangat.
Sayang, kini tak lagi.
Setiap malam, bidadari itu bersenandung menghantar tidur.
Sayang, kini tak lagi.
Sang bidadari menjadi sedikit redup dan rapuh.

Hingga pada waktunya ia,
sang bidadari,
harus pasrah menghilang dalam kesakitan karena tak sanggup terbang kembali.
Ketika sang tuannya terlupa berpindah dengan yang lain,
ia akan hanya terdiam dalam peti emas sampai tuannya kembali.

Dan ia bersenandung,
"Jika waktu itu datang satu yang kupastikan adalah aku takkan sanggup, aku bukan lagi bidadari, bidadarinya, dan hal yang ditakutkannya akan terjadi, ia akan kehilangan diriku.
Namun jika ia dapat mendengarkan senandungku yang disampaikan angin bahwa ku tetap akan setia padanya seorang. Tak akan pernah menjadi bidadari bagi yang lain."

Ialah seorang bidadari,
bidadari yang kehilangan cahaya dan sayapnya patah,
sampai tuannya yang membawa kembali sebelum terlambat dan mati.

Friday, February 22, 2013

Dia

Aku perkenalkan Dia.
Sekali lagi.
Dia yang selalu aku bicarakan tiap saat,
Dia yang selalu aku mimpikan ketika tidur,
Dia yang selalu mengisi hari-hariku,
Dia yang selalu ada dalam doa'ku.

Dia, bergingsul manis, berkulit sawo matang, berparas apik tidak membosankan.
Itu yang kusuka.
Dia, bertubuh langsing namun sangat hangat pelukannya, berambut hitam kelam, bermata indah, serta kepribadiannya.
Itu yang kusuka.
Senyumannya bagai magnet untuk kaum hawa.
Rasa gelisah, was-was, cemburu sering menghampiri, namun aku menikmatinya. Dan ku percaya pada Dia.

Dia, ya, Dia.
Dia yang tak terlupakan.
Dia yang kurindu.
Dia yang kucinta.

Dia.
Alunan laguku ketika malam, mentari pagiku ketika terbangun.
Namun untuk sekarang aku selalu takut untuk terbangun,
bukan, bukannya aku tak ingin melihat parasmu lagi sayang.
Bukan juga aku tak percaya pada janjimu yang akan kembali menemukanku dan membangunkanku.
Ku hanya takut melihat dirimu bukanlah mentari pagiku yang dulu,
bukan mentari pagiku namun ku tetap dalam cahayamu.

Dia.
Ku yakin, ku berharap, ku berdoa, ku berusaha, ku bertahan.
Dia.
Menjadi yang terakhir, menghabiskan sisa perjalananku bersama Dia, dan tiba waktunya ku hanya akan berakhir dalam dekapnya.
Untuk Dia.

Yogyakarta, 21 Februari 2013

Thursday, February 21, 2013

Untuk Pujangga Malam

Untuk sang pujangga malam,
ku takkan berlari, ku tetap berdiri.
Untuk sang pujangga malam,
ku takkan ingkar, ku tetap setia.
Untuk sang pujangga malam,
ku takkan melepas, ku tetap memegang erat hati.
Untuk sang pujangga malam,
ku takkan berhenti, ku tetap bersenandung.

Hanya untuk sang pujangga malam.

Untuk sang pujangga malam,
ku takkan terbangun, ku tetap tertidur.
Sampai nanti Tuhan yang memaksaku untuk terbangun dan tidur dalam pelukan-Nya.

Hanya untuk sang pujangga malam.

Sunday, February 17, 2013

Lelah

Ingin kupenggal rasanya kepala ini,
agar dapat tertidur lelap dalam kelam.
Ingin kubunuh rasanya jiwa ini,
agar tak lagi tersudutkan dan dituntut dari segala arah.

Tak paham apa yang dikata,
Tak paham apa yang diinginkan,
Tak paham atas ego mereka,
Tak paham mereka tak mau mendengar dan hanya menyerang.

Aku lelah.
Lelah harus berkata.
Lelah harus mengalah.
Lelah harus tersenyum meski tersakiti.
Lelah harus menjadi sebuah boneka.
Lelah harus membuat mereka melihat.
Lelah, aku lelah menghadapi sendiri.
Aku lelah, lelah untuk sendiri.

Aku lelah.
Apalagi tanpamu yang menemaniku.
Dia yang selalu kurindu dan kucinta.

Saturday, February 16, 2013

Bunga Mawar

Ku seperti bunga mawar dalam cerita dongeng,
diletakkan dalam kotak kacamu yang begitu indah.
Ku seperti bunga mawar dalam cerita dongeng,
yang dimana akan layu tanpa pemiliknya.
Ku seperti bunga mawar dalam cerita dongeng,
mahkotanya akan mulai gugur seiring waktu berjuang untuk tetap hidup dalam kotak kaca.
Dan, ku seperti bunga mawar dalam cerita dongeng,
mati dan terjatuh namun tetap berada dalam kotak kaca.
Ku seperti bunga mawar dalam cerita dongeng,
hanya merekah manis untukmu seorang.

Si Putih

Si putih, kujulukinya.
Walau sebenarnya warna putihnya sudah mulai memudar, tapi tetap ia terlihat begitu mempesona.
Tak masalah bagiku, kutetap suka, meski ia telah berkata "aku tak pantas, aku kotor"

Ia si putih yang selalu hangat dan menenangkan.
Ia si putih yang selalu membuatku terlelap dan bermimpi indah.
Ia si putih yang selalu melingkar lembut di leherku dan beraroma seperti dia yang kucinta.

Si putih, tak terasa cukup lama kau berada dalam genggamanku.
Si putih, ia yang selalu tenang ketika aku panik.
Si putih, ia yang selalu membuatku tersenyum sekaligus menangis manja ketika rinduku padanya melanda begitu deras.
Si putih, ia yang selalu setia tetap di sampingku saat terlelap.
Ialah si putih yang telah menjadi sahabat sekaligus saksi bisu diriku.

Tak pernah kulepas ia,
aroma yang paling kusuka ada padanya.
Selalu membuatku semakin mencinta dan merindunya.

Ialah si putih yang sangat kusuka,
ialah si putih yang akan selalu ku genggam selamanya,
baik sendiri maupun tidak,
tapi diriku ini akan tetap menjadi miliknya
ia, pemilik aslimu putih.

Wednesday, February 13, 2013

Ku Ingin

Ku disini,
terdiam sendu ditemani dongeng tidur.
Dalam kebekuan,
merajut kata di tengah hening malam.

Terpaku akan dirimu, aku, dan kita.
Terbius oleh senandung lirih sang hati yang merindu, mencinta,
dan memuja.
Aku meringkuk, tunduk pada dingin malam.
Hanya terdiam membisu.

Satu persatu kuseka titik-titik itu,
titik yang menutupi paras ayu sang malam.
Tersenyum, namun berteriak.
Berani, namun tertutup takut.

Kaki ini tetap berusaha terus untuk berjalan,
walau angin malam cukup kencang menusuk tubuh.
Tapi tak seberapa menyakitkan dari keheningan suara hatimu,
diam menyebar duri, bukan kata roman.

Ku ingin dicinta, ku ingin mencinta.
Selalu.
Ku ingin dirindu, ku ingin merindu.
Selalu.
Ku ingin dipuja, ku ingin memuja.
Selalu.
Ku ingin dimilikinya, ku ingin memilikinya.
Selamanya.
Dan aku selalu akan setia, tetap dimana aku berdiri untukmu, tak akan berbeda.

Tuesday, February 12, 2013

Gadis Manis

8.02.2013
Jumat yang cerah membuat bunga-bunga menjadi merona, semerah pipinya.

Senyuman sang mentari menghangatkan tubuh kecilnya,
angin menari di sela-sela rambutnya yang hitam kelam.

Sambil tersapu malu ia mengucapkan selamat pagi, pada ia, dirinya yang masih terlelap.
Tak banyak yang dilakukan oleh gadis manis itu, sesekali hanya menengok pada detikan jam dan jendela.

Fajar mulai menyapa, apa yang dinanti belum kunjung datang,
sedikit resah, namun tetap sabar menanti.
Tiba-tiba raut wajah gadis manis menjadi lebih manis karena senyuman penantian.
Namun itu tak berlangsung lama.

Pukul empat lebih tiga puluh delapan menit dua puluh tujuh detik mengubah raut wajah manisnya.
Hujan mulai turun membasahi pipinya yang merona,
bukan, bukan sebuah senyuman lagi.

Gadis manis, duduk terdiam, tak mengerti.
Dalam diam ia berpikir dan merasa,
"Apa ini benar?" tanyanya dalam hati.
"Hanya sesuatu yang biasa ataukah mungkin...." seketika ia terhenti.

Tak percaya namun apa daya,
tubuh kecilnya mulai gemetar,
jantungnya berlomba dengan detik waktu.
Kepercayaannya tergores, meski sedikit itu begitu dalam dan menyakitkan.

Gadis manis mulai berpikir kembali,
"Apa yang harus kulakukan? Tetap memuja atau apa?"
"Mana yang harus kupercaya? Masih pantaskah dipercaya"

Gadis manis hanya termenung,
berdiam diri menyeka tetes hujan di pipinya.
"Mungkin hanya akan aku pertanyakan kembali, cukup dengan diriku, menjadi sebuah rahasia ganjalan diri"
Dan gadis manis mulai lemas, tertidur membawa senyum manisnya ke dalam mimpi.

Sunday, February 10, 2013

Bom Waktu

Seketika tubuh menjadi lemas dan tangan gemetar tak menentu.
Seakan tak percaya dan mengerti apa yang terlihat.

Ya, ku tak mengerti hal ini, apa maksudnya, ku tak memahaminya.
Keringat dingin mulai membasahi telapak ini.

Balas membalas. Satu persatu.
Kubaca perlahan, semakin jauh, semakin kacau yang ada.
Tak kuasa menahannya, dan mulai berjatuhan.
Jatuh begitu saja.

Apakah benar-benar baik disana?
Tak bermain-main dengan belati ataupun api sambil bersembunyi.

Percaya kuberi, sama dengan kau memberi.
Kujaga, kupenuhi.

Ya, mungkin ku akan hanya berdiam diri,
duduk manis menyimpan sendiri.
Atau mungkin ku akan meledak seperti bom waktu.

Friday, February 8, 2013

Tempat Itu

Tersusun indah satu persatu alunan kata,
senyum manis dan sapaan hangat.

Disini hati berdiri diri berlabuh,
menetapkan rasa tetap pada satu tempat.

Disanalah akan ku bersandar,
meski mungkin rapuh termakan waktu dan kau bersama duniamu.

Ku akan tetap berada di tempat itu, setia, menanti,
jika ku hilang tak perlu kau takut, kau bisa temukan diriku disitu,
dan tak akan ada yang berubah untukmu.