Aku perkenalkan Dia.
Sekali lagi.
Dia yang selalu aku bicarakan tiap saat,
Dia yang selalu aku mimpikan ketika tidur,
Dia yang selalu mengisi hari-hariku,
Dia yang selalu ada dalam doa'ku.
Dia, bergingsul manis, berkulit sawo matang, berparas apik tidak membosankan.
Itu yang kusuka.
Dia, bertubuh langsing namun sangat hangat pelukannya, berambut hitam kelam, bermata indah, serta kepribadiannya.
Itu yang kusuka.
Senyumannya bagai magnet untuk kaum hawa.
Rasa gelisah, was-was, cemburu sering menghampiri, namun aku menikmatinya. Dan ku percaya pada Dia.
Dia, ya, Dia.
Dia yang tak terlupakan.
Dia yang kurindu.
Dia yang kucinta.
Dia.
Alunan laguku ketika malam, mentari pagiku ketika terbangun.
Namun untuk sekarang aku selalu takut untuk terbangun,
bukan, bukannya aku tak ingin melihat parasmu lagi sayang.
Bukan juga aku tak percaya pada janjimu yang akan kembali menemukanku dan membangunkanku.
Ku hanya takut melihat dirimu bukanlah mentari pagiku yang dulu,
bukan mentari pagiku namun ku tetap dalam cahayamu.
Dia.
Ku yakin, ku berharap, ku berdoa, ku berusaha, ku bertahan.
Dia.
Menjadi yang terakhir, menghabiskan sisa perjalananku bersama Dia, dan tiba waktunya ku hanya akan berakhir dalam dekapnya.
Untuk Dia.
Yogyakarta, 21 Februari 2013
Friday, February 22, 2013
Dia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment