Pagi, sayangku.
Sayangku, bagaimana kabarmu? Masihkah terlelap? Atau sudahkah kau terbangun dari tidurmu?
Bagaimana tidurmu? Lelap. :)
Sudah belakangan ini ku tak bisa tertidur nyenyak, seperti ada yang terus mengganggu diri.
Selamat pagi sayang. Aku tak dapat melihat sapaanmu di pagi ini.
Mentari masih bersembunyi.
Waktu berdetak.
Siang, kasihku.
Sayangku, bagaimana kabarmu? Sedang apakah dirimu? Berada dimanakah dirimu? Sudahkah kau menyantap hidangan siangmu?
Selamat siang sayang. Aku baik-baik saja, hanya aku semakin merindukanmu.
Ku tatap layar ponsel. Tak kunjung memunculkan apa yang kuharapkan.
Ku tekan tombol hijau itu, hanya nada dering dan mesin yang menyahut. Tak terangkat.
Diriku tersenyum, menanti, sembari mencoba menenggelamkan diri dalam mimpi.
Waktu terus berdetak, semakin lambat, semakin larut.
Malam, cintaku.
Sayangku, bagaimana kabarmu? Belumkah kau pulang? Apakah masih berkerja dirimu selarut ini? Sudahkah kau menyantap hidangan malam yang menggoda itu?
Selamat malam sayang. Aku masih menanti dirimu, mungkinkah kau sudah terlelap dahulu.
Rindunya semakin menusuk, tak ada sepatah kata.
Aku terbayang dirimu, wajahmu, menemaniku dimana ku berbaring.
Ku menanti dan mencari.
Dengan tubuhku yang sedari pagi hanya terbujur di atas kasur ini sembari menanti dering nada.
Maaf sayangku, jika aku terisak kembali saat menuliskan ini, aku hanya sedikit lelah. Bukan lelah menanti.
Maaf sayangku, jika aku membisu dan hanya tersenyum sambil menitik air mata.
Ku berimaji kembali diiringi rekaman nyanyian dirimu.
Maaf sayangku, aku begitu merindukan dirimu, seperti bulan, mentari, dan bintang yang ku ceritakan padamu.
Saturday, August 24, 2013
Waktu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment