Dan saat ini setelah ribuan kilometer perjalanan ini, kesimpulanku hanya satu.
Thursday, February 20, 2014
Ribuan Kilometer
Sunday, September 8, 2013
Mentari
Tanganku sibuk menari di atas keyboard pagi itu.
Dengan kacamata berbingkai cokelatku kutatap layar monitor itu.
"Aduh.. Keriting nih otak.." ucapku.
Tak mudah juga ya ternyata menulis itu, menulis juga perlu befikir, apalagi menjelaskan grafik yang ada di depanku dengan singkat, padat, dan jelas mencangkup semuanya.
Berhenti sejenak mengistirahatkan diri, terpajang foto manisnya dengan diriku dalam bingkai di atas meja kayuku.
Aku menatapnya dan tersenyum.
Sesaat aku teringat tentang waktu, ah tak terasa begitu cepat berlalu.
Lihatlah, kau telah menyelesaikan salah satu kewajiban penting sebagai syarat untukmu menyelesaikan akademikmu nanti.
Dua bulan, bukan waktu yang singkat juga bukan waktu yang lama, entahlah terasa begitu membingungkan untukku yang rindu.
"Hemm.." kuhela nafasku, sedikit berat.
Aku teringat, sesaat lagi kau akan menghadapi ujian yang paling akhir.
Kau berkata mungkin Februari kau akan memegang toga itu.
Senang melihat kau bisa mewujudkan harapan dan impianmu.
Aku akan hadir disana, di sisimu.
Namun jika boleh aku berkata, dibalik senyumku aku juga merasa sedikit mendung.
Mungkin aku takut belum siap untuk ditinggal kembali denganmu, terpisah oleh jarak dan waktu.
Ya pasti ku merindu.
Namun harapanku juga satu, ingin melihat orang yang menjadi pendampingku untuk sekarang maupun esok meraih mimpinya dan membanggakan orang-orang yang di mencintainya, Papa, Mami, Kakak, dan Adik ciliknya yang menggemaskan.
Ku tak hanya ingin ia menjadi sebuah mentari untukku namun juga untuk keluarganya, itu yang utama.
Ah, sudahlah pikiranku meracau, bisa-bisa mulai melambung membayangkan yang tidak-tidak nantinya.
Membuatku biru dan menitik hujan.
Tidak sayang, ku takkan menangis, ku kan tersenyum untukmu.
Tenang sayang, ku akan selalu ada di sisimu, menemanimu sampai kapanpun.
Jadilah mentari yang selalu bersinar hangat untuk mereka dan kita.
Posted by Little Purple Monster at 8:08 PM 0 comments
Saturday, August 24, 2013
Waktu
Pagi, sayangku.
Sayangku, bagaimana kabarmu? Masihkah terlelap? Atau sudahkah kau terbangun dari tidurmu?
Bagaimana tidurmu? Lelap. :)
Sudah belakangan ini ku tak bisa tertidur nyenyak, seperti ada yang terus mengganggu diri.
Selamat pagi sayang. Aku tak dapat melihat sapaanmu di pagi ini.
Mentari masih bersembunyi.
Waktu berdetak.
Siang, kasihku.
Sayangku, bagaimana kabarmu? Sedang apakah dirimu? Berada dimanakah dirimu? Sudahkah kau menyantap hidangan siangmu?
Selamat siang sayang. Aku baik-baik saja, hanya aku semakin merindukanmu.
Ku tatap layar ponsel. Tak kunjung memunculkan apa yang kuharapkan.
Ku tekan tombol hijau itu, hanya nada dering dan mesin yang menyahut. Tak terangkat.
Diriku tersenyum, menanti, sembari mencoba menenggelamkan diri dalam mimpi.
Waktu terus berdetak, semakin lambat, semakin larut.
Malam, cintaku.
Sayangku, bagaimana kabarmu? Belumkah kau pulang? Apakah masih berkerja dirimu selarut ini? Sudahkah kau menyantap hidangan malam yang menggoda itu?
Selamat malam sayang. Aku masih menanti dirimu, mungkinkah kau sudah terlelap dahulu.
Rindunya semakin menusuk, tak ada sepatah kata.
Aku terbayang dirimu, wajahmu, menemaniku dimana ku berbaring.
Ku menanti dan mencari.
Dengan tubuhku yang sedari pagi hanya terbujur di atas kasur ini sembari menanti dering nada.
Maaf sayangku, jika aku terisak kembali saat menuliskan ini, aku hanya sedikit lelah. Bukan lelah menanti.
Maaf sayangku, jika aku membisu dan hanya tersenyum sambil menitik air mata.
Ku berimaji kembali diiringi rekaman nyanyian dirimu.
Maaf sayangku, aku begitu merindukan dirimu, seperti bulan, mentari, dan bintang yang ku ceritakan padamu.
Tuesday, August 20, 2013
Hai
Hai sayang, sedang apa kau disana?
Pasti kau cukup lelah, sedari pagi kau sudah berkerja.
Pulang cukup larut malam, belum lagi jika harus masih berkumpul membicarakan agenda.
Tak mengapa, kau orang yang istimewa, kau pasti bisa.
Tenang ku akan selalu disisi menanti.
Hai sayangku, lihatlah bulan malam ini.
Begitu indah bukan?
Bulan penuh, bercahaya lembut hangat, berpadu dengan angin dingin malam ini.
Begitu manis, seperti dirimu.
Hai sayangku, aku disini, kemarilah!
Duduklah sejenak disampingku,
menikmati malam syahdu.
Jika kau lelah, sandarkan dirimu dipangkuanku, lalu kita akan bercerita hingga kau terlelap.
Tidurlah, lepas penatmu bersamaku.
Perlahan,kau mulai tertidur.
Ku tersenyum memandang wajah lugumu yang manis.
Membelai pipi dan rambutmu yang membuatku iri akan lebatnya.
Ku kecup keningmu dan mengucap salam,"Selamat tidur, aku mencintaimu."
Ku dekap dirimu dan kuyanyikan lagu cintaku sebagai penghantarmu ke dalam mimpi.
Tertidur dan Terbangun
Aku berjalan bersamamu, menyusuri gelapnya malam, hanya sang rembulan yang berkawankan bintang menerangi gelapnya malam.
Ku tak tau arah dan akhir dari jalan ini,
yang ada aku merasa aman dan yakin.
Dekap hangat, senyum manis, suara memanja itu yang kusuka.
Tak henti-hentinya diriku memandangmu,
engkau sayangku.
Berjalan dan terus berjalan,
ku terbangun,
kusadari ternyata ku hanya bersama bayang semu yang begitu kurindu untuk segera kembali.
Sedari tadi aku tertidur,
dalam hangat kasihmu dan kecup bibir manismu.
Dan akupun terbangun,
terbangun dan terdiam terpaku.
Membisu tak berkata pada apa yang kusaksikan, diperbuat mentari.
Aku memilih menyimpan dan terpejam kembali.
Posted by Little Purple Monster at 11:11 AM 0 comments
Sunday, August 18, 2013
Dansa
Ia duduk di bingkai jendela, mencari sejuknya angin.
Sepoi-sepoi bertiup lembut.
Rambut cokelat merahnya dikucir tinggi menampakkan lekukan tengkuknya yang ramping.
Sambil menghela nafas, ia memandang pada telepon genggamnya.
"Hmm.. Belum juga. Tak ada. Sedang apa ya? Sudah makankah ia?" gumamnya.
Ia mengirim pesan singkat, lalu dicobanya menelepon sekitar tiga kali.
"Tak ada jawaban..."
Sekali lagi ia menghela nafas, cukup panjang kali ini.
Ditatapnya telepon genggam putih itu, hingga tanpa disadari temannya telah memanggilnya berulang kali untuk kembali masuk.
"Yaa.." teriaknya setelah tersadar sambil menyeka keringatnya yang berpeluh-peluh di dahi dan pipi.
"Heh! Mukamu merah? Kenapa?" tanya sahabatnya sambil duduk di sampingnya.
"Oh, ga, panas..." elaknya sambil menyeka ulang pipi dan matanya yang semakin memerah.
Namun dalam hatinya ia bercerita.
Seketika ponselnya bergetar dan berdering, foto dan nama yang tak asing lagi yang memanggil.
Ia terpaku sejenak, lalu tersenyum.
Sahabatnya ikut tersenyum sambil menggoda,"Hubby memanggil tuh, diangkat dong, malah diem diliatin aja... hehehe.."
"Ih..." sambil tersipu merah seperti tomat ia mengangkatnya dengan lembut.
"Halo..." ucapnya dengan manis, terdengar dari seberang suara hangat menenangkannya.
Malam
Malam menghampiri, tahukah, semalam, nanti, esok malam.
Sudah terlelap penat dalam buaian angin sang malam, sayangku.
Diri masih terus terjaga memastikan kau terlelap, sesekali ku mendesir menenangkan kau yang mengigau, seakan berkata,"tenang aku disisimu."
Sudah terbang melayang ke alam mimpi, sayangku.
Diri masih terus asyik bercerita sendiri tentang harinya sebagai dongeng untukmu, terlelaplah bersama bintang.
Sudah berkukur menyanyikan lagu malam tanda begitu lelah, sayangku.
Diri bersenandung mengucap nama, harapan, dan salam dengan manis membalas nyanyianmu.
Sudah terpejam lelap oleh hangat bulan, sayangku.
Diri memeluk erat hangat tubuhmu, meski dalam imaji, takkan dilepasnya.
Diri terpejam, matanya terpejam manis, meski sesekali terbasahi oleh suara titik rindu.
Tidur, tidurlah, sayangku sebelum mentari hadir dan kau akan bekerja, ingin terlihat semburat manis kata sayang senyum kecupmu menyambut.
Tidur, tidurlah, sayangku.
Diri akan menutup dengan senyum dan kata,"Aku mencintaimu."